LEBIH BESAR TIANG DARIPADA PASAK (cara cerdas mengelola keuangan keluarga)
Manajemen keuangan keluarga yang baik
senantiasa menjaga keseimbangan antara besarnya pendapatan keluarga
dengan besarnya pengeluaran, jangan sampai ‘besar pasak daripada tiang’.
Pepatah ini telah dikenal sejak jaman dahulu kala, menggambarkan betapa
masalah keuangan keluarga adalah masalah klasik yang pasti dihadapi
setiap manusia. Mengelola keuangan pada prinsipnya adalah mengelola
berapa jumlah uang yang diterima dan berapa uang yang dikeluarkan. Uang
bukanlah segalanya, tapi dapat membuat kita kelimpungan jika tidak
mengelolanya dengan baik.
Menurut pengalaman dan pengamatan
persoalan keuangan sering dituding sebagai biang pemicu perselisihan
dalam keluarga. Masalah kekurangan uang banyak terjadi dikalangan
ekonomi menengah kebawah, sedangkan masalah ketidakterbukaan sering
muncul di keluarga kelompok ekonomi atas. Namun kelebihan atau
kekurangan uang itu relatif. Benarkah masalahnya terletak dari
besar-kecilnya pendapatan keluarga? Seringkali masalahnya bukan
terletak pada penghasilan yang kurang, tapi kebiasaan yang salah dalam
mengelola uang. Kenyataannya banyak orang tidak begitu pusing dengan
menajemen keuangan dan percaya bahwa pekerjaan dengan gaji yang lebih
tinggi akan menyelesaikan semua masalah keuangan mereka. Yang penting
rasa syukur, keterbukaan, dan kebersamaan keluarga akan meringankan
masalah yang dihadapi. Tidak akan ada akhirnyan kalau bicara masalah
kurang, karena bila pendapatan bertambah, uang yang dibelanjakan juga
akan tambah, akhirnya akan kurang terus.
Sebuah keluarga baru yang terdiri dari
suami dan istri sering terjadi kesulitan mengatur keuangan rumah tangga,
karena belum adanya tanggungjawab pada anak-anaknya, biasanya mereka
berpikir untuk “senang-senang dulu, mumpung belum punya momongan”,
akibatnya pengelolaan keuangan belum terencana dengan baik. Berbeda
dengan ketika anak-anak mulai lahir, “senang-senang” harus mulai
dikurangi. Peran sebagai ayah dan ibu menuntut kecerdasan dalam
mengelola rumah tangga terutama keuangan. Ekonomi keluarga mutlak
tanggung jawab suami, jika istri bekerja, penghasilannya ditujukan untuk
mencukupi kebutuhan keluarga, dalam agama bernilai sedekah.
Berikut ini penulis mencoba berbagi pengalaman pribadi dalam mengelola keuangan keluarga, semoga dapat diambil manfaatnya.
Kunci untuk mengelola keuangan secara sederhana:
1. Tetapkan tujuan keuangan
Susun target keuangan yang ingin anda
raih secara berkala bersama pasangan, dengan cara menetapkan tujuan
spesifik, realistis, terukur dan dalam kurun waktu tertentu. Tujuan ini
membantu Anda lebih fokus merancang keuangan.
Sebagai contoh:
- Memiliki rumah sendiri, maka anda akan menabung untuk uang muka rumah daripada untuk uang muka mobil.
- Anak-anak berpendidikan tinggi, maka anda akan menabung untuk mempunyai dana pendidikan prasekolah hingga pendidikan tinggi.
- Tujuan keamanan, maka anda tidak akan membeli televisi yang besar untuk menyelamatkan biaya hidup selama beberapa bulan.
2. Buat anggaran keuangan
Buat anggaran penerimaan dan pengeluaran
pokok. Rencana keuangan yang realistis membantu anda bersikap obyektif
soal pengeluaran yang berlebihan. Tak perlu terlalu ideal, yang penting
anggarkan jumlah yang realistis dan anda pun harus patuh dengan
anggaran
Penerimaan uang yang tetap (fixed cash inflow)
yang dapat dianggarkan untuk pengeluaran. Anggaran pengeluaran disusun
dengan membuat skala prioritas, sisihkan dulu untuk membayar cicilan
hutang rumah, kendaraan (sepeda motor saja dulu).
Hutang sebagai pos pertama karena
berkaitan dengan urusan dunia sehingga jika telat dibayar, maka orang
yang bersangkutan harus membayar denda, bunga, sampai diteror debt collector.
Hati-hati dengan hutang, jangan berhutang untuk sesuatu yang tidak
penting. Godaan untuk hidup konsumtif semakin besar. Tanamkan
kebiasaan keuangan yang sehat dengan tidak memiliki hutang konsumtif.
Pos berikutnya belanja kebutuhan pokok
dan kebutuhan sekunder. Kebutuhan pokok berupa belanja beras, lauk
pauk, biaya pendidikan, dll. Pos ini bersifat pasti dengan jumlah yang
tidak tinggi perubahannya (kecuali BBM naik lagi).
Agak berbeda dengan kebutuhan sekunder,
kebutuhan sekunder berupa pakaian, sepatu, dll. Hati-hati dengan pos
belanja kebutuhan sekunder karena pos ini yang paling fleksibel. Besar
kecilnya tergantung pada kebutuhan atau keinginan. Bila keinginan yang
menjadi dasarnya maka pikirkan “beribukali” untuk segera dikeluarkan
dari daftar.
Pos terakhir yang sering dikeluhkan yaitu
menabung. Menabung berkaitan dengan masa tua, namun sering harus
diabaikan karena pendapatan yang “pas-pas an”. Menabung dapat dilakukan
dengan cara menyisihkan anggaran dari kebutuhan sekunder yang tidak
selalu ada setiap bulan. Namun dari pengalaman beberapa orang, untuk
menabung, disisihkan segera setelah menerima gaji. Sebaiknya, miliki
rekening terpisah untuk tabungan dan kebutuhan sehari-hari.
3. Bedakan “butuh” dan “ingin”.
Setelah anggaran pengeluaran disusun,
jangan terburu-buru untuk segera meng-eksekusinya karena tak jarang kita
membelanjakan uang untuk hal yang tak terlalu penting atau hanya
didorong keinginan, bukan kebutuhan. Setelah menyusun kolom pos
belanja, pertimbangkan lagi dengan matang mana yang “kebutuhan” dan
“keinginan”. “Keinginan” segera coret, dan pindahkan dananya ke pos
tabungan.
Hati-hati dengan “keinginan”, saat ini
sangat berkembang gaya hidup berlebihan, pandangan hidup yang menganggap
bahwa kesenangan dan kenikmatan materi adalah tujuan utama hidup. Bagi
para penganut paham ini, bersenang-senang, pesta-pora, dan pelesiran
merupakan tujuan utama hidup. Gaya hidup materialis ini akan menjadi
bencana bagi orang dewasa, remaja, bahkan anak-anak penganutnya, berupa
bencana keuangan dan bencana moral.
4. Tips belanja hemat
- Buat daftar belanja saat anda akan berbelanja
- Bawalah uang secukupnya (sebaiknya uang tunai bukan kartu kredit), sejumlah catatan didaftar belanja. Ini untuk menghindari membeli barang tidak sesuai dengan daftar belanja.
- Jangan luangkan waktu anda untuk cuci mata saat belanja karena makin banyak waktu untuk belanja, maka semakin banyak godaan untuk membeli barang yang tidak anda butuhkan. Hilangkan kebiasaan jalan-jalan di pusat-pusat perbelanjaan untuk sekedar cuci mata, rekreasi, atau refreshing.
- Jangan malu untuk menawar serendah mungkin. Dengan begitu anda bisa menghemat sejumlah uang walau tidak terlalu besar jumlahnya, dan uang itu bisa dialokasikan untuk keperluan yang lain.
- Sebaiknya belanja sendiri. Kalau perlu ditemani anggota keluarga sebaiknya ajaklah anggota keluarga yang dapat mengingatkan anda untuk tidak boros.
- Untuk kebutuhan yang dapat ditunda (sekunder) sebaiknya membeli saat ada tawaran potongan harga yang efektif (effective discount), bukan potongan harga terselubung.
Semoga tulisan ini bermanfaat bagi kita
semua, sehingga pepatah lebih besar pasak daripada tiang menjadi lebih
besar tiang daripada pasak. Amin.
Thanks infonya, menarik banget. Oiya, ngomongin keuangan keluarga, ada tips cerdas juga nih yang perlu dilakukan bareng pasangan untuk mengindari masalah finansial di kemudian hari. Cek di sini ya man teman: Tips atur keuangan dengan pasangan agar tak jadi konflik
BalasHapus